Sirte - Muammar Gaddafi ternyata sempat menulis wasiat sebelum dirinya terbunuh di tanah kelahirannya Sirte, Khamis, 20 Oktober 2011. Surat wasiat yang publishkan dalam laman pribadinya, Seven Day News, itu memuatkan keinginan Gaddafi untuk dikebumikan di Sirte dekat dengan keluarganya.
Selain meminta dikuburkan secara Islam, Gaddafi cemas akan nasib rakyat dan keluarganya, terutama anak-anak dan kaum perempuan. Ia meminta selepas meninggal dunia, mereka dilindungi. "Rakyat Libya harus melindungi identitinya," katanya dalam Guardian, 23 Oktober 2011.
Berikut ini petikan lengkap surat wasiat Qadhafi:
Selain meminta dikuburkan secara Islam, Gaddafi cemas akan nasib rakyat dan keluarganya, terutama anak-anak dan kaum perempuan. Ia meminta selepas meninggal dunia, mereka dilindungi. "Rakyat Libya harus melindungi identitinya," katanya dalam Guardian, 23 Oktober 2011.
Berikut ini petikan lengkap surat wasiat Qadhafi:
"Inilah surat wasiat saya. Saya, Muammar bin Mohammad bin Abdussalam bin Humayd bin Abu Manyar bin Humayd bin Nayil al Fuhsi Qhadafi, bersumpah tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasul Allah. Saya bersumpah akan mati sebagai Muslim."
"Jika saya terbunuh, saya ingin dikuburkan secara Islam, dalam balutan baju yang saya kenakan, tubuh saya tidak dimandikan, di pekuburan di Sirte, di samping keluarga dan kerabat saya."
"Saya minta keluarga saya, terutama anak-anak dan perempuan, diperlakukan dengan baik setelah kematian saya. Rakyat Libya harus melindungi identitasnya, prestasinya, sejarah, serta citra terhormat leluhur, dan pahlawannya."
"Rakyat Libya tidak boleh mengabaikan pengorbanan orang-orang bebas dan terbaik. Saya mengajak para pendukung untuk melanjutkan perlawanan dan melawan agresor asing terhadap Libya, hari ini, esok, dan selamanya."
"Biarkan warga bebas dunia mengetahui bahwa kita boleh saja melakukan tawar-menawar dan menjual perkara kita dengan imbalan kehidupan pribadi yang aman dan seimbang"
"Kita menerima banyak tawaran sampai saat ini, tapi kita memilih berdiri di garis depan pertempuran sebagai lambang kewajiban dan kehormatan."
"Meski kita tidak serta-merta menang, kita akan memberi pelajaran pada generasi mendatang bahwa memilih melindungi negara adalah kehormatan dan menjualnya merupakan pengkhianatan terbesar dalam sejarah yang akan dikenang selamanya, meskipun ada upaya dari pihak lain untuk mengatakan yang sebaliknya.
sumber:tempointeraktif.com
No comments:
Post a Comment